Characters: Sarah, Alice.
Rating: PG-13
Length: 868 words
Summary: A girl named Sarah and her best friend Alice are having a sleepover. Sarah is a weird kid, she loves to dream awkwardly everyday, until Alice is mad at it and giving her some charm. Let's see what happens next.
Rating: PG-13
Length: 868 words
Summary: A girl named Sarah and her best friend Alice are having a sleepover. Sarah is a weird kid, she loves to dream awkwardly everyday, until Alice is mad at it and giving her some charm. Let's see what happens next.
Author's Note: Hello! Seneng banget akhirnya bisa nulis ff juga *jazzhands*. Mungkin cerita ini lebih aneh daripada yang biasanya, atau sedikit bosan, or whatever. But still, Indonesian and get twisted a bit English. Makasih banget buat Yunnita sama Lestari yang udah nanya-nanya ff. Loveya! Ini karena lagi libur makanya jadi punya kesempata buat selesaiin, and finally I have my own way for spending this holiday. Furthermore...
Enjoy!
P.S.: Don't forget to comment, ok? I wanna know your point and pros and cons and all of them, just tell me! :-)
“Alice, Alice! Gue pengen cerita
banget, nih!”
“Apaan
lagi sih?” seru yang dipanggil sambil menutup bukunya. Dia tidak mengerti
dengan sahabatnya yang satu ini yang sangat susah ditebak. Dan imajinasi yang
terlalu tinggi.
“Sumpah,
mimpi gue aneh banget semalem!”
Tuh,
kan?
“Kemarin
lo mimpi dikejar Lady Gaga yang berubah menjadi monster beneran karena dia
kesurupan di tengah konser yang lo tonton dan seekor kelinci raksasa bantuin lo
untuk kabur dari konsernya. Hari ini apalagi?”
“Oke,
tidak seabsurd kemarin.” Yang ditanya mengernyitkan alisnya. “Tapi lebih seru
daripada mimpi yang pernah gue ceritain semuanya deh!”
Alice
terdiam. Kata-kata itu ialah ungkapan yang paling umum yang telah didengarnya
selama 3 tahun sejak pertama kali mengenalnya di saat MOS. Walaupun sahabatnya
ini sangat perhatian, baik, dan tidak pernah pelit untuk memberikan jawaban
kapanpun ini, dia cukup bosan untuk mendengar semua isi mimpinya yang sebagian
besar sangatlah tidak masuk akal.
“Apa
mimpi lo lebih normal?”
“Tidak.”
“Apa
ini tentang artis lagi?”
“Bisa
dibilang begitu.”
“Apa
ada bantuan dari teman imajinasi lo?”
Yang
ditanya diam sebentar. “…Iya.”
“Dan
gue gak mau denger cerita itu.”
“Yah,
Alice. Sama siapa lagi gue bisa ungkapin semua perasaan gue yang selalu
terpendam di tengah gelapnya malam dan tidak berdaya ini?” bujuknya sambil
mengimutkan matanya yang dominan dan sangat cantik. Koreksi, tercantik di
sekolah ini.
“Oke.
Gue nyerah. Nah, ayo sekarang cerita sebelum ula…”
Dan
bel pun berbunyi. Seperti biasa, ulangan kimia tidak akan pernah semudah yang
dikira. Untung masih ada 15 menit untuk belajar karena biasanya ulangan dimulai
20 menit setelah bel tanda masuk dibunyikan.
“Lo
udah belajar konsep elektrositas?”
“Belum.”
Bohong
besar. Setiap kali dia bilang belum, pasti nilainya selalu bagus. Anehnya, dia
tidak pernah berbohong dalam hal belajar. Ya ampun, batin Alice. Sarah
benar-benar anak yang aneh.
Bel
tanda pulang telah berbunyi. Seperti hari-hari Jumat sebelumnya, Sarah dan
Alice pasti akan menginap di salah satu rumah mereka. Kali ini di rumah Sarah.
Dengan mobil Alice, mereka berdua tanpa pikir panjang lagi pergi menjauhi
sekolah yang telah memberikan ulangan yang lebih kejam daripada sebelumnya.
Setelah mengunjungi Starbucks dan Baskin Robbins untuk menenangkan pikiran
mereka (jangan tanya berapa penghasilan mereka), dengan melesat mobil Alice
telah tiba di rumah tingkat dua yang cukup sederhana namun sangatlah klasik.
“Rumah
lo selalu rapi, padahal orang tua lo pada pergi ke London.” seru Alice.
“Ah,
enggak juga. Gue dari dulu sering disuruh beres-beres rumah sama nyokap gue.
Mungkin kebiasaan?”
Setiba
di rumah, mereka segera mengganti seragam mereka dengan piyama, mengambil
potato chips dan beberapa DVD di ruang tamu, dan menyisakan makanan mereka saat
berada di mal.
Film
minggu ini bertema romantis. Entah kenapa Alice sepertinya ingin mendapatkan
cowok baru setelah putus dari pacarnya beberapa minggu yang lalu dengan
melampiaskannya dengan film romantic yang sebagian besar dari Asia ini. Sarah
sebenarnya tidak terlalu masalah dengan genre film apapun yang dia tonton,
namun lama-kelamaan dia bosan juga karena setelah 5 film berturut-berturut
isinya hanya romantisme saja dan hanya Alice yang menikmati film-film itu
sambil menghabiskan persediaan tisu di kamarnya.
“Oh
ya, Alice. Gue belum sempat cerita, kan?”
“Cerita
apaan?” Tanya Alice sambil mengusap matanya dengan tisu.
“Itu
loh. Mimpi gue semalam.”
Oke.
Cukup dengan semua ini, pikir Alice. Ia harus menemukan cara apapun untuk
menghentikan mimpi anehnya ini. Demi Tuhan dia itu sebentar lagi akan lulus dan
memasuki tahun kuliah! Saatnya stop kepada imajinasi dan kembali ke dunia
nyata.
“Oke
Sarah. Sepertinya penyakit mimpi lo udah akut ini.”
“Akut?
Maksudnya?”
“Iya.
Lo sadar gak udah 3 tahun loh elo ngalamin mimpi aneh kayak gini.”
“Serius?”
“Iya.
Kayaknya lo harus pakai ini deh.” Seru Alice sambil menunjukkan kalung berwarna
coklat yang sangat cantik dan menghiasi permata berwarna biru.
Sebenarnya
Alice juga tidak percaya dengan mitos dan semacamnya. Namun apa boleh buat, ia
tidak ingin mendengar cerita sahabatnya yang lebih aneh lagi sebelum ia akan
memasuki tahap kegilaan yang memuncak karena imagination overdose.
“Jangan
bilang lo percaya dengan mitos dan kepercayaan seperti ini,”
“Ini
bukan jimat!” sergah Alice. “Ini kalung milik keluarga gue. Nenek gue juga
pernah ngalamin mimpi kayak lo, setelah pakai kalung ini dia gak pernah
ngalamin mimpi-mimpi yang tidak pernah masuk di akal. Seperti dongeng di cerita
lo sehari-hari.”
Sarah
menjadi bingung. Baru kali ini temannya benar-benar mengeluh dan mencarikan
solusinya untuk menghilangkan penyakitnya. Dia bahkan tidak tahu bahwa mimpinya
itu termasuk sebuah penyakit atau kelainan.
“Oke.
Sini kalungnya.”
Pukul
23.00. Ketika dua orang remaja tidak tahan menahan kantuknya dan memutuskan
untuk tidur dengan sleeping bag masing-masing.
“Serius
ini kalung bakal bikin gue gak bisa mimpi?” Tanya Sarah dengan cemas.
“Coba
aja dulu. Kalau itu gagal, gue gak tahu lagi mau pakai cara apa.”
Sarah
hanya diam saja mendengar jawaban sahabatnya. Dia berusaha memejamkan matanya .
Satu
jam.
Dua
jam.
Dia
tidak bisa tidur. Matanya seperti enggan mengkonfirmasi permintaan dirinya yang
lelah dan ingin cepat-cepat tidur dan merasakan efek kalung itu. Namun
sepertinya gagal. Seperti ini ya cara kerjanya? Jelek banget.
“Alice?”
“Hm?”
“Lo
belum tidur?”
“Rencananya.
Tapi gak bisa juga. Kenapa lo manggil gue?”
“Gue
juga gak bisa tidur. Masak kayak gini kerja kalung ini ?”
“Yaudah,
gue ambil susu dulu di kulkas. Mungkin bisa buat lo ngantuk.” Jawab Alice
sambil ia bangkit dan menuju dapur.
Sepeninggal
Alice, Sarah pun mencoba memejamkan matanya…
Tiba-tiba
ada sepotong cahaya yang mencoba menembus matanya.
“Hello?”
No comments:
Post a Comment