Sunday, July 17, 2011

Starstruck in The Awkward Way (Chapter 7 - Is This A Date?)

okay. truth is, i'm literally bored. it's boring. no entertainment, unless my laptop, and i've already surfing all around the website that i thought little funny. do you guys have one? please give a shot for me.

summary : Keri is getting a date! yayayayayayayay!! And i think you know who's the lucky boy (or i mean the lucky girl one). as usual, happy reading, don't forget to read and review, aaaaaand enjoy! :))


BIG xox,







Chapter 7 – Is This A Date?
Keri’s POV
Aku kembali ke kamarku, dan tiba tiba aku mendapatkan sesuatu di atas ranjangku. Penasaran, aku mendekat ke tempat tidurku. Rupanya itu semacam kado. Bentuknya kotak panjang dengan dililiti pita merah. Ya ampun, manisnya kado ini. Apa kotak ini untukku? Saat aku ingin melihat isinya, tiba tiba ada kertas yang jatuh dari kotak itu. Aku mengambil kertas tersebut dan membacanya dalam remang remang, karena lampu kamarku tidak kuhidupkan.
Dear Keri,
Use this for me, ok? You’ll be look perfect if you wear it.
Bden
Ya ampun, apakah ini dari Brendon? Bagaimana bisa dia melakukan ini? Sungguh, baru kali ini aku diberi hadiah di dalam kamarku! Aku membacanya dengan senyuman tersungging di wajahku. Ingin rasanya aku membuka kado ini secepatnya.
Aku melepas pita merah yang menghiasi kado ini, sayang rasanya untuk dilepaskan. Aku membukanya dengan pelan, dan aku tidak tahu apa yang kulihat saat ini.
Ini adalah dress yang aku inginkan di mall tadi saat bersama Brendon! Pada saat kami berjalan keliling mall, aku sempat terdiam melihat one shoulder dress berwarna peach yang panjang. Dress itu sangat menawan. Terlihat sangat cantik saat dipakai oleh sang manekin di depan butik tersebut. Apakah Brendon mengetahui apa yang kurasakan saat itu? Perhatian sekali dirinya.
Dan sekarang, dress itu sekarang berada di tanganku! Aku mencari label harganya, agar aku dapat membayarnya nanti. Setelah kulihat, ternyata harganya US$100! Satu juta Rupiah?! Kenapa Brendon rela mengeluarkan uang sebanyak itu padaku? Bagaimana aku bisa mengganti dress ini? Bagaimana caranya aku dapat berterima kasih padanya?
Aku melihat jam tanganku, dan ternyata sudah terlambat. Aku cepat-cepat mandi, memakai dressnya, dan mengurus hal-hal detail lainnya. Hanya menghabiskan waktu sepuluh menit. Kenapa aku dapat bersiap diri secepat itu? Biasanya aku bersiap diri untuk ke sekolah membutuhkan waktu satu jam lebih.
Pada saat aku sedang menata rambutku, tiba tiba ada yang mengetuk pintuku. Setelah kubuka, rupanya Spencer. Ada apa lagi? Apa aku berbuat sesuatu sama Panic! At The Disco?
“oh, Spencer, what can I help you?”
“I just want to give you this shoe.” Sepatu apa ini? High heels? Perasaan aku tidak ada minta high heel dengan siapapun. Kenapa?
“well, gotta go now, you look pretty tonight,”
“thanks a lot Spencer,” ujarku malu. Senang juga dibilang begitu dengan drummer Panic!.
Sebenarnya aku tidak terbiasa memakai high heels. Aku hanya terbiasa menggunakan sneakers dan flat shoes. Tapi ini high heels lima sentimeter! Namun, paling tidak aku coba saja. Daripada membuat Brendon kecewa. Aku mencoba sepatu itu, dan ternyata sangat pas untukku. Apakah Brendon mempunyai kemampuan telepati?

Brendon’s POV
Aku menunggu Keri di depan restoran, and now it’s 11.15 PM. Pantas saja restoran ini sepi. But it’s perfect. Aku dapat makan dengan tenang bersama Keri. Ngomong-ngomong, apa Keri memakai dress yang aku beli tadi?
When I saw her looking at the boutique, she was so desperate for having for that dress. Sejak saat itu, aku ingin sekali melihatnya memakai long dress tersebut.  Aku tidak peduli berapa uang yang telah kuhabiskan, asalkan dapat melihatnya tersenyum. Not to convince my self that I have lots of money because I am the rock star or stuff like that, but I don’t really care about money.
Aku memakai tuxedo, yang sebenarnya menggunung di dalam koperku. Yeah, I love tux. Dengan dasi kupu-kupu dan jas, aku bersiap diri untuk bertemu dengan Keri, a girl that stops me for a while.
Tiba-tiba, aku mendengar suara ketukan high heels yang semakin lama semakin keras. It must be her. Tanpa sadar, jantungku semakin lama semakin tidak jelas ketukannya. Dan, sosok yang menawan berjalan ke arahku melewati pilar hotel.
Keri looks so beautiful. Menggunakan dress peach yang aku hadiahkan padanya, dengan rambut digerai. Oh god, her hair is so pretty. Dengan pipinya yang berwarna, and smells like a peach. With the high heels that I asked Spencer to give her, dia terlihat sangat anggun. She is totally not a cute little girl this afternoon, she’s the beautiful lady that skips my heart beat.
“well, well, what a beautiful swan” pujiku.
“what swan?” tanyanya tertawa. “I’m still the ugly black duckling”
“first, you’re not ugly. You’re so beautiful. Second, you aren’t black, you’re peach.”
“whoa whoa, a lot of explanation” senyumnya. God, why I can’t be her boyfriend?
“so, shall we?” ajakku sambil meminta tangannya, like a Romeo. Well, tonight I’m a Romeo, and this girl is my one and only Juliet.
“of course, Mr. Urie,” terimanya dengan tertawa.
Kami berdua berjalan seperti pasangan yang baru saja menikah, even we’re not married, yet. But I don’t care. Aku ingin memperlakukannya dengan sangat spesial. Kami berjalan menuju ruangan VIP yang telah kupesan tadi. Aku telah mempersiapkan semuanya untuk Keri, and I hope there will be not a thing that ruined my plan.
Aku membuka pintu ke ruangan kami untuk Keri. Sepertinya dia sangat tersanjung dengan kelakuanku ini. Finally there is someone who appreciate my habit.
“ladies first,” ujarku sambil mempersilakannya masuk.
“thank you Brendon,” senyumnya lagi. Why every time she smiles, I’ve got heart attack?
Saat kami memasuki ruangan itu, she’s in the middle of shockness. Ruangan ini terlihat sangat berbeda dari ruangan VIP lainnya. Semuanya bernuansa merah. Mulai dari meja, kursi, hingga mawar merah yang ada di tengah meja. Di dekat meja kami terdapat piano dan gitar, In case If Keri and I wanna play them. Di antara mawar merah terdapat tempat lilin, di sisi kiri dan kanan bunga itu. Lampunya juga aku atur dengan lampu berwarna kuning kecoklatan, so it will got the romantic condition. Yes, I designed all of this details. And as I expect, she’s fascinated with the room. There’s no more better when Keri smiles for me for this setting up.
“well, want you take a seat?”
“this room is so beautiful!” wow, she’s so excited with this room. “who designed this?”
Aku tersenyum malu sambil melihat sepatuku dan menunduk.
“so it was you! You decorate all of this!”
Aku tertawa sejenak, “do you like it?”
“what? Do you made this for me?”
“yeah,”
Senyumnya semakin manis mendengar jawabanku. Thank God it’s success.
“so, do you like it?” aku mengulang pertanyaanku.
“like it? I LOVE it Brendon! No one ever made this for me. And this is the best dinner I’ve ever had!”
Kepalaku terangkat mendengar jawabannya tadi. “really?”
“gosh Brendon, don’t you believing what I was saying?”
“whoa whoa, pause it first. Now, may you have take a seat?” pintaku sambil menyediakan kursi padanya.
“why thanks,” ujarnya pelan, namun senyumnya tidak pernah dia sirnakan.
Aku pun duduk dan segera memanggil pelayannya. I’ve been waiting this stomach for almost forever! Tidak beberapa lama pelayan datang sambil membawa catatan dan buku menu. Aku dan Keri segera memesan dan pelayan itu pergi kembali.
“so, Brendon,” sahut Keri setelah pelayan tersebut pergi. “wanna answer my paused question?”
“does that question need to be answered?”
“of course, I just wanna know what’s your reaction. Or, do you believe me with all of what I’m saying?”
“I definitely believe you. It’s just that, I know people that just love me because I’m the lead singer of Panic! At The Disco, and they saying they’re my fans, but later, they like.. using me, I guess.”
Yeah, I’ve already used by bunches of girls that admit that they are Panic! Fans, but in the end, they dumped me when they was caught by paparazzi.
Dia terdiam untuk sejenak. Namun, beberapa detik kemudian, dia pun tertawa. Aku tidak mengerti apa yang dia ketawakan, apakah ada sesuatu yang lucu di sini? I really don’t think so. Lalu dia berkata “Brendon,”
“hm?” gumamku bingung.
“I LOVE Panic! At The Disco. I love you since you guys release A Fever You Can’t Sweat Out! Your lyrics are awesome, you can twisting the music with the funny way, your voice so undescribeable. Even if I don’t like you, I will say ‘hey guys, I do not really like your music’ or stuff like that. I will never love something that I actually don’t.”
That was shocked me. A lot. Aku belum pernah bertemu dengan cewek secerewet dan sejujur ini! Aku tidak bisa berkata apapun selain mendesah, dan tersenyum mendengarkan semua yang dia katakan.
“do you really mean it? All of what are you saying now?”
“definitely. I must not and will not tell lies.”
“are you sure?”
“cross my little heart,” ujarnya meyakinkan sambil menyilangkan dadanya.
“okay, I believe it. Thanks,”
“that’s what I do to give thanks to you” sahutnya tersenyum.
Aku ingin sekali mengajaknya berdansa, jika makanannya datang lebih lambat. Baru saja aku mau berdiri, rupanya pintu telah dibuka dan makanannya telah disajikan. Di sela sela makan, kami berbincang satu sama lain tentang apa saja. Mulai dari hidup kami, kegiatan kami, keluhan, keluarga, teman, bahkan hingga musik. Ternyata dia ahli bermain gitar dan jago taekwondo! I just can’t believed that this fragile little girl has a black belt on her waist. Semakin malam rasanya perbincangan kami semakin seru saja.

Keri’s POV
Aku tidak percaya ini. Sang Superstar Brendon Boyd Urie menceritakan tentang kisah hidupnya padaku mulai dari masa kecilnya hingga rahasianya yang tidak pernah diketahui oleh siapapun! Perbincangan kami semakin lama semakin menarik. Aku pun merasa diperhatikan oleh Brendon saat aku menceritakan diriku sendiri.
Dia memperhatikanku seperti aku ini berharga baginya. Seperti aku ini sangat penting baginya. Jujur, aku tidak pernah diperhatikan secara serius oleh orang lain, terutama dengan mantanku. Tetapi kali ini lain. Sangat lain.
Tidak terasa makanan yang berada di piring kami masing-masing telah habis, sangking lamanya kami berbincang. Sebenarnya ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepada Brendon, sejak kami berada di dalam mobil tadi. Yang menyesakkan dadaku semenjak tadi.
“Brendon, could I ask you something?”
“sure, what?”
Aku bingung bagaimana cara menanyakan hal ini padanya.
“um, is this a date?” tanyaku malu-malu. Ini pertanyaan sangat konyol bagiku.
“well, actually it’s a yes.”
“wow. Why do you wanna date me? Actually I’m nothing and you’re something.”
“no, doll.” Jawabnya sambil mendekat padaku. Oh Brendon, kenapa tiap kali kamu mendekat padaku, perasaanku selalu kacau?
Aku yakin saat ini aku pasti terlihat lebih konyol daripada sebelumnya. Dia mendekat, mendekat, dan sekarang dia berdiri di hadapanku. Apa yang akan kukatakan? Apa yang akan kulakukan? Aku sangat gugup!
“you are my everything. Please don’t blame your self. I don’t know why, but when the first time I saw you, you stole my heart beat. Like now, babe,” jelas Brendon sambil memegang tanganku dan melekatkannya ke dadanya. Aku dapat merasakan jantungnya yang berdegup sangat keras. Dan degupannya telah berpindah ke jantungku.
Dia berlutut, dan  memandangku. Ya, hanya memandang. Jeda antara kami berdua semakin lama semakin kecil, walaupun waktu yang kurasa seperti hampir selamanya. Rasanya aku tidak tahan lagi memandang mata brown coffee-nya yang terlalu indah. Dia pun memandangku seperti pandangan untuk terakhir kalinya. Dia memandangku seperti aku tidak akan pernah melihatnya kembali.
Aku mencoba memutuskan kontak mataku dengan Brendon, namun sungguh sulit untuk melakukannya. Aku ingin mengelak dari matanya, dan melihat apa saja, selain dia tentunya. Namun tangannya langsung bergerak menyentuh daguku, dan mengarahkan wajahku ke wajahnya. Ini membuatku semakin panas dingin.
“why you don’t wanna see me? Is that something wrong?”
Pertanyaan itu semakin membuatku merinding. Aku tidak tahu harus menjawab apa.
“I.. I..”
“Ssh” ujarnya sambil melekatkan jari telunjuknya ke bibirku. “if you don’t want to, don’t answer.”
Sungguh, kelakuannya sangat aneh dan menyesakkan dada! Apa yang dia lakukan padaku tadi? Menghipnotisku? Menipuku? Atau memperdayakan aku? Belum selesai aku mengambil napas, dia langsung mengajakku berdansa. Brendon langsung berdiri, dan mengulurkan tangannya padaku. Tiba-tiba terdengar lagu Slow Motion.
“wanna dance?”
“but I can’t dance at all” ya, aku tidak mempunyai bakat dalam tari-menari.
“it’s okay, I will teach you.” Ujarnya sambil menarik tanganku. Aku dibantunya berdiri dan berjalan menuju dirinya.
Ini malam yang paling canggung yang pernah aku alami! Tanganku disuruh memegang pundaknya, dan tanganku yang satu lagi menggenggam tangannya. Yang lebih membuatku canggung, tangannya yang lain memegang pinggangku dengan erat, seakan dia tidak mau melepaskan aku dari dansa ini. Aku harus mengikuti gerak kakinya dengan kaku, sesuai dengan tempo lagunya yang lambat. Why I have to dance with him?
“see? Just follow my steps, and you’ll be fine. Easy, isn’t it?”
“yeah, but still, I’m sucks.” Kesalku, lebih kepada diriku sendiri yang terlalu kaku.
“no you’re not. You’re good!” seru Brendon sambil mendekatkan wajahnya, lagi. Hidung kami pun bersentuhan satu sama lain. Kulitnya saja telah membuatku sesak, apalagi ini. Aku dapat mendengar napasnya yang sedikit memburu. Apakah dia nervous juga? Aku tidak dapat melakukan apapun, kecuali menghadap ke bawah, mengambil dan mengeluarkan napasku yang terasa berat, dan menyunggingkan senyum sebisaku. I don’t know, but every time he smiles, he can transfer it to me. Literally transfer.

No comments:

Post a Comment