summary : Keri is getting a date! yayayayayayayay!! And i think you know who's the lucky boy (or i mean the lucky girl one). as usual, happy reading, don't forget to read and review, aaaaaand enjoy! :))
BIG xox,
Chapter 7 – Is This A Date?
Keri’s POV
Aku kembali ke kamarku, dan tiba tiba aku mendapatkan sesuatu di atas
ranjangku. Penasaran, aku mendekat ke tempat tidurku. Rupanya itu semacam kado.
Bentuknya kotak panjang dengan dililiti pita merah. Ya ampun, manisnya kado
ini. Apa kotak ini untukku? Saat aku ingin melihat isinya, tiba tiba ada kertas
yang jatuh dari kotak itu. Aku mengambil kertas tersebut dan membacanya dalam
remang remang, karena lampu kamarku tidak kuhidupkan.
Dear Keri,
Use this for me, ok? You’ll be look perfect if
you wear it.
Bden
Ya ampun, apakah ini dari Brendon? Bagaimana bisa dia melakukan ini? Sungguh, baru
kali ini aku diberi hadiah di dalam kamarku! Aku membacanya dengan senyuman
tersungging di wajahku. Ingin rasanya aku membuka kado ini secepatnya.
Aku melepas pita merah yang menghiasi kado ini, sayang rasanya untuk
dilepaskan. Aku membukanya dengan pelan, dan aku tidak tahu apa yang kulihat
saat ini.
Ini adalah dress yang aku inginkan di mall tadi saat bersama Brendon!
Pada saat kami berjalan keliling mall, aku sempat terdiam melihat one shoulder
dress berwarna peach yang panjang. Dress itu sangat menawan. Terlihat sangat
cantik saat dipakai oleh sang manekin di depan butik tersebut. Apakah Brendon
mengetahui apa yang kurasakan saat itu? Perhatian sekali dirinya.
Dan sekarang, dress itu sekarang berada di tanganku! Aku mencari label
harganya, agar aku dapat membayarnya nanti. Setelah kulihat, ternyata harganya
US$100! Satu juta Rupiah?! Kenapa Brendon rela mengeluarkan uang sebanyak itu
padaku? Bagaimana aku bisa mengganti dress ini? Bagaimana caranya aku dapat
berterima kasih padanya?
Aku melihat jam tanganku, dan ternyata sudah terlambat. Aku cepat-cepat
mandi, memakai dressnya, dan mengurus hal-hal detail lainnya. Hanya
menghabiskan waktu sepuluh menit. Kenapa aku dapat bersiap diri secepat itu?
Biasanya aku bersiap diri untuk ke sekolah membutuhkan waktu satu jam lebih.
Pada saat aku sedang menata rambutku, tiba tiba ada yang mengetuk
pintuku. Setelah kubuka,
rupanya Spencer. Ada apa lagi? Apa aku berbuat sesuatu sama Panic! At The Disco?
“oh, Spencer, what can I help you?”
“I just want to give you this shoe.” Sepatu apa ini? High heels?
Perasaan aku tidak ada minta high heel dengan siapapun. Kenapa?
“well, gotta go now, you look pretty tonight,”
“thanks a lot Spencer,” ujarku malu. Senang juga dibilang begitu dengan
drummer Panic!.
Sebenarnya aku tidak terbiasa memakai high heels. Aku hanya terbiasa
menggunakan sneakers dan flat shoes. Tapi ini high heels lima sentimeter! Namun,
paling tidak aku coba saja. Daripada
membuat Brendon kecewa. Aku mencoba sepatu itu, dan ternyata sangat pas
untukku. Apakah Brendon
mempunyai kemampuan telepati?
Brendon’s POV
Aku menunggu Keri di depan restoran, and now it’s 11.15 PM. Pantas saja restoran ini sepi. But it’s perfect. Aku dapat makan
dengan tenang bersama Keri. Ngomong-ngomong, apa Keri memakai dress yang aku
beli tadi?
When I saw her looking at the boutique, she was so desperate for having
for that dress. Sejak saat itu, aku ingin sekali melihatnya memakai long dress
tersebut. Aku tidak peduli berapa uang
yang telah kuhabiskan, asalkan dapat melihatnya tersenyum. Not to convince my
self that I have lots of money because I am the rock star or stuff like that,
but I don’t really care about money.
Aku memakai tuxedo, yang sebenarnya menggunung di dalam koperku. Yeah, I
love tux. Dengan dasi kupu-kupu dan jas, aku bersiap diri untuk bertemu dengan
Keri, a girl that stops me for a while.
Tiba-tiba, aku mendengar suara ketukan high heels yang semakin lama semakin
keras. It must be her. Tanpa sadar, jantungku semakin lama semakin tidak jelas
ketukannya. Dan, sosok yang menawan berjalan ke arahku melewati pilar hotel.
Keri looks so beautiful. Menggunakan dress peach yang aku hadiahkan
padanya, dengan rambut digerai. Oh god, her hair is so pretty. Dengan pipinya
yang berwarna, and smells like a peach. With the high heels that I asked
Spencer to give her, dia terlihat sangat anggun. She is totally not a cute
little girl this afternoon, she’s the beautiful lady that skips my heart beat.
“well, well, what a beautiful swan” pujiku.
“what swan?” tanyanya tertawa. “I’m still the ugly black duckling”
“first, you’re not ugly. You’re so beautiful. Second, you aren’t black,
you’re peach.”
“whoa whoa, a lot of explanation” senyumnya. God, why I can’t be her boyfriend?
“so, shall we?” ajakku sambil meminta tangannya, like a Romeo. Well,
tonight I’m a Romeo, and this girl is my one and only Juliet.
“of course, Mr. Urie,” terimanya dengan tertawa.
Kami berdua berjalan seperti pasangan yang baru saja menikah, even we’re
not married, yet. But I don’t care. Aku ingin memperlakukannya dengan sangat
spesial. Kami berjalan menuju ruangan VIP yang telah kupesan tadi. Aku telah
mempersiapkan semuanya untuk Keri, and I hope there will be not a thing that
ruined my plan.
Aku membuka pintu ke ruangan kami untuk Keri. Sepertinya dia sangat
tersanjung dengan kelakuanku ini. Finally there is someone who appreciate my
habit.
“ladies first,” ujarku sambil mempersilakannya masuk.
“thank you Brendon,” senyumnya lagi. Why every time she smiles, I’ve got
heart attack?
Saat kami memasuki ruangan itu, she’s in the middle of shockness.
Ruangan ini terlihat sangat berbeda dari ruangan VIP lainnya. Semuanya
bernuansa merah. Mulai dari meja, kursi, hingga mawar merah yang ada di tengah
meja. Di dekat meja kami terdapat piano dan gitar, In case If Keri and I wanna
play them. Di antara mawar merah terdapat tempat lilin, di sisi kiri dan kanan
bunga itu. Lampunya juga aku atur dengan lampu berwarna kuning kecoklatan, so
it will got the romantic condition. Yes, I designed all of this details. And as
I expect, she’s fascinated with the room. There’s no more better when Keri
smiles for me for this setting up.
“well, want you take a seat?”
“this room is so beautiful!” wow, she’s so excited with this room. “who
designed this?”
Aku tersenyum malu sambil melihat sepatuku dan menunduk.
“so it was you! You decorate all of this!”
Aku tertawa sejenak, “do you like it?”
“what? Do you made this for me?”
“yeah,”
Senyumnya semakin manis mendengar jawabanku. Thank God it’s success.
“so, do you like it?” aku mengulang pertanyaanku.
“like it? I LOVE it Brendon! No one ever made this for me. And this is
the best dinner I’ve ever had!”
Kepalaku terangkat mendengar jawabannya tadi. “really?”
“gosh Brendon, don’t you believing what I was saying?”
“whoa whoa, pause it first. Now, may you have take a seat?” pintaku
sambil menyediakan kursi padanya.
“why thanks,” ujarnya pelan, namun senyumnya tidak pernah dia sirnakan.
Aku pun duduk dan segera memanggil pelayannya. I’ve been waiting this stomach for almost
forever! Tidak beberapa lama
pelayan datang sambil membawa catatan dan buku menu. Aku dan Keri segera
memesan dan pelayan itu pergi kembali.
“so, Brendon,” sahut Keri setelah pelayan tersebut pergi. “wanna answer my paused question?”
“does that question need to be answered?”
“of course, I just wanna know what’s your reaction. Or, do you believe
me with all of what I’m saying?”
“I definitely believe
you. It’s just that, I know people that just love me because I’m the lead
singer of Panic! At The Disco, and they saying they’re my fans, but later, they
like.. using me, I guess.”
Yeah, I’ve already used by bunches of girls that admit that they are
Panic! Fans, but in the end, they dumped me when they was caught by paparazzi.
Dia terdiam untuk sejenak. Namun, beberapa detik kemudian, dia pun
tertawa. Aku tidak mengerti apa yang dia ketawakan, apakah ada sesuatu yang
lucu di sini? I really don’t think so. Lalu dia berkata “Brendon,”
“hm?” gumamku bingung.
“I LOVE Panic! At The Disco. I love you since you guys release A Fever
You Can’t Sweat Out! Your lyrics are awesome, you can twisting the music with
the funny way, your voice so undescribeable. Even if I don’t like you, I will
say ‘hey guys, I do not really like your music’ or stuff like that. I will
never love something that I actually don’t.”
That was shocked me. A lot. Aku belum pernah bertemu dengan cewek
secerewet dan sejujur ini! Aku tidak bisa berkata apapun selain mendesah, dan
tersenyum mendengarkan semua yang dia katakan.
“do you really mean it? All of what are you saying now?”
“definitely. I must not and will not tell lies.”
“are you sure?”
“cross my little heart,” ujarnya meyakinkan sambil menyilangkan dadanya.
“okay, I believe it. Thanks,”
“that’s what I do to give thanks to you” sahutnya tersenyum.
Aku ingin sekali mengajaknya berdansa, jika makanannya datang lebih
lambat. Baru saja aku mau berdiri, rupanya pintu telah dibuka dan makanannya
telah disajikan. Di sela sela
makan, kami berbincang satu sama lain tentang apa saja. Mulai dari hidup kami,
kegiatan kami, keluhan, keluarga, teman, bahkan hingga musik. Ternyata dia ahli bermain gitar dan
jago taekwondo! I just can’t believed that this fragile little girl has a black
belt on her waist. Semakin malam rasanya perbincangan kami semakin seru saja.
Keri’s POV
Aku tidak percaya ini. Sang Superstar Brendon Boyd Urie menceritakan
tentang kisah hidupnya padaku‼ mulai dari masa kecilnya hingga rahasianya yang tidak pernah diketahui
oleh siapapun! Perbincangan kami semakin lama semakin menarik. Aku pun merasa
diperhatikan oleh Brendon saat aku menceritakan diriku sendiri.
Dia memperhatikanku
seperti aku ini berharga baginya. Seperti aku ini sangat penting baginya. Jujur, aku tidak pernah diperhatikan
secara serius oleh orang lain, terutama dengan mantanku. Tetapi kali ini lain.
Sangat lain.
Tidak terasa makanan yang berada di piring kami masing-masing telah
habis, sangking lamanya kami berbincang. Sebenarnya ada satu hal yang ingin aku
tanyakan kepada Brendon, sejak kami berada di dalam mobil tadi. Yang
menyesakkan dadaku semenjak tadi.
“Brendon, could I ask you something?”
“sure, what?”
Aku bingung bagaimana cara menanyakan hal ini padanya.
“um, is this a date?” tanyaku malu-malu. Ini pertanyaan sangat konyol
bagiku.
“well, actually it’s a yes.”
“wow. Why do you wanna date me? Actually I’m nothing and you’re
something.”
“no, doll.” Jawabnya sambil mendekat padaku. Oh Brendon, kenapa tiap
kali kamu mendekat padaku, perasaanku selalu kacau?
Aku yakin saat ini aku pasti terlihat lebih konyol daripada sebelumnya.
Dia mendekat, mendekat, dan sekarang dia berdiri di hadapanku. Apa yang akan
kukatakan? Apa yang akan kulakukan? Aku sangat gugup!
“you are my everything. Please don’t blame your self. I don’t know why,
but when the first time I saw you, you stole my heart beat. Like now, babe,”
jelas Brendon sambil memegang tanganku dan melekatkannya ke dadanya. Aku dapat
merasakan jantungnya yang berdegup sangat keras. Dan degupannya telah berpindah
ke jantungku.
Dia berlutut, dan memandangku. Ya,
hanya memandang. Jeda antara kami berdua semakin lama semakin kecil, walaupun
waktu yang kurasa seperti hampir selamanya. Rasanya aku tidak tahan lagi
memandang mata brown coffee-nya yang terlalu indah. Dia pun memandangku seperti
pandangan untuk terakhir kalinya. Dia memandangku seperti aku tidak akan pernah
melihatnya kembali.
Aku mencoba memutuskan kontak mataku dengan Brendon, namun sungguh sulit
untuk melakukannya. Aku ingin
mengelak dari matanya, dan melihat apa saja, selain dia tentunya. Namun
tangannya langsung bergerak menyentuh daguku, dan mengarahkan wajahku ke
wajahnya. Ini membuatku
semakin panas dingin.
“why you don’t wanna see me? Is that something wrong?”
Pertanyaan itu semakin membuatku merinding. Aku tidak tahu harus menjawab
apa.
“I.. I..”
“Ssh” ujarnya sambil melekatkan jari telunjuknya ke bibirku. “if you
don’t want to, don’t answer.”
Sungguh, kelakuannya sangat aneh dan menyesakkan dada! Apa yang dia
lakukan padaku tadi? Menghipnotisku? Menipuku? Atau memperdayakan aku? Belum
selesai aku mengambil napas, dia langsung mengajakku berdansa. Brendon langsung
berdiri, dan mengulurkan tangannya padaku. Tiba-tiba terdengar lagu Slow
Motion.
“wanna dance?”
“but I can’t dance at all” ya, aku tidak mempunyai bakat dalam
tari-menari.
“it’s okay, I will teach you.” Ujarnya sambil menarik tanganku. Aku dibantunya berdiri dan berjalan menuju
dirinya.
Ini malam yang paling canggung yang pernah aku alami! Tanganku disuruh
memegang pundaknya, dan tanganku yang satu lagi menggenggam tangannya. Yang
lebih membuatku canggung, tangannya yang lain memegang pinggangku dengan erat,
seakan dia tidak mau melepaskan aku dari dansa ini. Aku harus mengikuti gerak
kakinya dengan kaku, sesuai dengan tempo lagunya yang lambat. Why I have to dance with him?
“see? Just follow my steps, and you’ll be fine. Easy, isn’t it?”
“yeah, but still, I’m sucks.” Kesalku, lebih kepada diriku sendiri yang
terlalu kaku.
“no you’re not. You’re good!” seru Brendon sambil mendekatkan wajahnya,
lagi. Hidung kami pun bersentuhan satu sama lain. Kulitnya saja telah membuatku
sesak, apalagi ini. Aku dapat mendengar napasnya yang sedikit memburu. Apakah
dia nervous juga? Aku tidak dapat melakukan apapun, kecuali menghadap ke bawah,
mengambil dan mengeluarkan napasku yang terasa berat, dan menyunggingkan senyum
sebisaku. I don’t know, but every time he smiles, he can transfer it to me.
Literally transfer.
No comments:
Post a Comment