Thursday, May 26, 2011

Starstruck in The Awkward Way (Chapter 2 - Who's That Chick?)

okay guys, new post, new chapter of my fan fiction. you have noooo idea how many days should i copy from my book -_- but anyways, happy reading!! and don't forget to give your comments :)

P.S. : another post, coming soon! sorry guys, i have no mood for saying anything chatty, a little bit of madness and galau. please be understandable.

xoxo,





 

 Chapter 2  - Who’s That Chick?
­Keri’s POV
Aneh. Ada yang memperhatikanku. Aku sedang melihat-lihat hadiah yang cocok untuk Brendon, dan tiba-tiba ada yang melihatku dengan kaku. Aku memutar leherku untuk mencari siapa yang sedari tadi melihatku, rupanya dia adalah seseorang yang sangat aneh. Lihat pakaiannya. Celana dan T-Shirt yang terlalu ‘jatuh’, kacamatanya yang lebih mirip dengan kacamata guruku sewaktu SMP, dan rambutnya yang cokelat tua yang acak-acakan.
Aku rasa dia adalah bapak-bapak berumur dua puluhan yang pura-pura menjadi anak sepuluh tahun lebih muda dari dirinya. Lebih baik aku cuekin saja, daripada mencari masalah nantinya, atau aku yang tidak sengaja terlibat dalam suatu masalah.
Tetapi, lama-kelamaan aku risih juga. Pada saat aku sedang serius mencari hadiah, dia selalu menguntitku. Dia memperhatikanku seperti aku ini ialah buronan! Namun pada saat berbalik, dia malah bertindak lebih kekanakan dan lebih aneh lagi.
Bersembunyi di antara tumpukan boneka teddy bear yang jumbo-jumbo, pura-pura bermain pistol air bersama temannya yang tidak kalah aneh dan quirky-nya, pura-pura merayu kakak SPG, bahkan memperhatikan maracas mainan dengan terlalu serius! Aku yakin orang ini tidak lulus tes menyamar.
Oke, Keri. Fokus. Sekarang cari kadonya, bawa kadonya ke kasir, bayar, langsung keluar dari mall ini, cari taksi, dan pulang ke hotel. Sambil mendengarkan lagu “Mad As Rabbits” di dalam iPodku, aku menemukannya. Kado untuk Brendon Urie yang sangat sempurna.
Guitar Hero edisi terbaru! Ya, Brendon Boyd Urie adalah Guitar Hero freak! Lagi pula, di sini terdapat New Perspective-nya Panic!. Pas sekali. Dan beruntungnya lagi, tinggal tersisa satu di toko ini! How lucky I am.
Dengan mantap, kuraih tanganku ke atas rak video game, karena letaknya lumayan tinggi. Tiba-tiba, sesosok tangan yang besar mengambil alih kesempatanku mendapatkan kaset itu, dan lebih kelihatan seperti menyambar kaset tersebut Guitar Hero yang limited edition ini.
Apa-apaan ini! Aku yang mendapatkan duluan, dia langsung nyelonong dan asal main nyambar. Saat kucari siapa pemilik tangan besar itu, rupanya dia adalah bapak-bapak dua puluhan yang childish itu! Karena kesal telah dikuntit, diikuti, dicurigai, diganggu, dan sekarang mencuri barang limited edition dariku, akhirnya aku angkat bicara.
“Maaf, Mas, tapi saya yang menemukan kaset ini pertama kali,”
“Who are you, cute little girl?”
What the..

Brendon’s POV
She is very cute. So cute! Dengan kaus cokelatnya, celana jeans panjang, sepatu krem All Star, dan topi rajut putih yang berada di kepalanya, made her cuter than ever! Tapi, kenapa tiba-tiba badanku bergetar? Aku selalu tenang menghadapi cewek dan fans. You had no idea how to face them, especially fan girls. Tetapi, kenapa aku lebih berkesan ‘chicken’?
Sepertinya dia sedang mencari kaset game. Dari tadi dia mengitari bagian Video Game. Dan kurasa dia tahu aku menguntitnya. Lihat saja ekspresinya sekarang. Memasang muka curiga, mata disipitkan, alis dikerutkan, selalu menghadap ke belakang, membuatku sulit untuk menyamar. Damn, this girl is so cute with that attitude.
Kelihatannya dia sekarang mengamati kaset Guitar Hero, and that girl is smiling at it. Ya ampun! Oh my Jesus! She is beautiful! I never seen that smile before, and that’s gorgeous. Now that white-cute girl wanna reach that CD. Rupanya dia mempunyai tubuh yang mungil. Tampaknya dia butuh bantuan. Tangan cewek ini tidak dapat mencapai kaset tersebut. Perfect. Kesempatan paling bagus.
Aku mendengar teriakan kakiku untuk berlari membantunya. Well, without your shout, I will go there for saving her like Rapunzel. Aku berlari menggunakan kecepatan maksimal! Memang kelihatan absurd. Siapapun juga akan bilang begitu. But I hell no care about it. Aku berusaha lari mendekati dia yang sebenarnya membutuhkanku. Namun ada saja halangan yang terjadi. Aku harus melompati gunungan mainan, a cart, hingga anak kecil yang badannya hampir menyerupai Zac, bodyguard kami. The Little Zac, if you know what I mean. Sebentar lagi.. dan akhirnya aku berada tepat di belakangnya.
Sial. I don’t know what I have to do and to say! Apakah harus menyapanya dahulu? Mengejutkannya lalu kabur? Atau menculiknya lalu dibawa ke hotel kami? Shit. Aku mengacau lagi. Seharusnya aku membantunya mengambil disc Guitar Heronya! Aku meraih video game itu dari belakang dan berencana untuk memberikannya kepada cewek ini. Namun..
“maaf, Mas, tapi saya yang menemukan kaset ini pertama kali,” Sial. Dia berbicara Bahasa Indonesia. Anehnya, tiba-tiba mulutku malah mengatakan hal yang paling absurd.
“who are you, cute little girl?” Sialan! Otak sialan!
“Maksud Mas apa?” tanyanya bingung. Sepertinya dia malah mengira aku orang Indonesia.
“um.” Aku membersihkan tenggorokanku. Rasanya terlalu gatal untuk digaruk.
“I mean, I’ve got this first,” ujarku sambil menenangkan diri. Oh shit. Come on, Brendon, kau telah menghipnotis ribuan cewek, tetapi kenapa aku sekarang malah mudah dihipnotis oleh seorang cewek yang bahkan kamu tidak kenal? Oke. Lebih baik aku pura-pura membelinya. Good decision.
Dia akhirnya agak mengerti kalau aku tidak dapat berbahasa Indonesia. Cewek ini ingin berbicara sesuatu, tetapi langsung menutup mulutnya kembali. Sepertinya dia mulai mencerna perkataanku tadi. Lucu sekali mukanya waktu itu. Namun, dalam hitungan detik, wajahnya mulai memerah padam. Uh oh, sepertinya ini pertanda yang sangat tidak baik.
“pardon me, Mister, Sir, or whatever. But you are such a freak! I just found this last game, and you grab it easily from me? Who do you think you are!” teriaknya. Dia marah. Kenapa kejadiannya bisa seperti ini?
“hey hey, what’s my fault? You just get mad at me, while I don’t know who you really are,”
“wanna know why? Why did you sneaking me out? Who are you? Who told you to do this stupid action? I will call the police now!” sepertinya dia sangat terganggu dengan penguntitanku.
“whoa whoa, slow down little girl! You can’t call them now! What’s my fault?”
“DON’T CALL ME LITTLE GIRL! And the fault is you!” dia marah, but suddenly, “Okay! Fine then,”. Pretty awkward.
“now give me the cassette now! I need it urgently. So hand it over,” ujarnya dengan kasar menyuruhku. Kenapa dia membeli game Guitar Hero? Well well, aku rasa bukan ide buruk untuk mengganggunya. It will be fun for me.
“why I have to give this important limited edition of my most favorite game ever, to a girl who get mad at me?”tanyaku menggodanya, namun lebih terkesan mengejek baginya. Teasy.
Mukanya semakin memerah pada. Yes! I made it, and I did it again!
“IT’S NONE OF YOUR BUSINESS! Now give me that stupid cassette of game or whatever is that name, and I mean NOW!”
“oh no you can’t! I wanna look at this game first. Besides, I took it first,”
“you are such a.. damn it! Hand it over!” teriaknya sambil meraih kaset yang berada di tanganku. Oh God. Imutnya dia. Dia melompat-lompat sambil meraih tangannya merebut kaste yang berada di tanganku! This is so cute.
“hm, let me see here. Wow! Panic At The Disco edition! Include the song they’ve ever covered! Baby One More Time, You’re Beautiful, Maneater, Tonight Tonight, Karma Police, and whoa! They have C’mon  too! This is awesome! Okay, I’ll take it! ” seruku memanas-manaskan cewek ini.
Semakin lama semangat cewek ini malah semakin besar, walaupun tenaganya hampir habis. Buktinya sekarang dia tidak melompat-lompat lagi dan mencoba meraih tanganku lagi. Tapi, dia mengekspresikan wajahnya yang lebih menyeramkan lagi, memintaku agar menyerahkan kasetnya. Kelihatannya dia hampir menyerah.
“please, sir, I need that game now! I wanna give it to someone now!”
“someone who?” tanyaku penasaran.
“do you have to know it?” whoa. This girl has nuts! Pintar juga bermain kata.
“yeah! of course I need your reason to let this game come to the right hand, because you know, this is the last one.” Jelasku sambil mengayunkan kaset yang dia inginkan.
Dia terdiam. HA! Finally, I win this conversation. Yah, walaupun sedikit kasihan juga melihatnya. I think she doesn’t want to say it, because it’s very personal. Don’t worry, babe, don’t be shy with me.
“promise me you won’t laugh?”
“okay. I promise,”
“um.. it’s for.. em..” dia seperti ragu untuk mengatakannya. Just say it, doll, and it’ll be okay.
“it’s for.. Brendon Urie.”
Shocked. Kenapa dia memberikannya padaku? Apakah dia penggemar kami? Kenapa bisa begini ceritanya? Aku menjadi bersalah telah sedikit menyiksanya, dan membuatnya kesal hingga hampir menangis yang telah ditahan dengan sekuat mungkin. Please, girl, don’t cry.
“so, it means that..”
“yeah,” potongnya. “I’m a fan of Panic! At The Disco. Well, in this case, I admire Brendon Urie. Do you know him?”
Melayang. I’m floating until I don’t know which cloud that I’ve explore. Itulah yang kurasakan sekarang. Aku tidak percaya, bahwa orang yang membuatku tertarik ini telah menyukaiku terlebih dahulu! This is too perfect. Apakah ini telah ditentukan sebelumnya?
Okay. You know, babe, you can have me right away now! And you will! Apakah kamu tidak sadar siapa yang kamu tatap saat ini?
Namun, agak beresiko juga aku membongkar rahasiaku di tempat umum, terutama anak kecil, yang dijaga oleh beberapa remaja kecil. This place will doom if I open my secret here!
“yeah, I know him.” Aku hanya dapat menjawab seperti itu. What else should I answer it?
“okay,” lanjutku, “reasonable enough. You can have it here,” ujarku sambil memberikan game tersebut. Kenapa tenggorokanku semakin kering? I think I need some water.
“thanks,” jawabnya sambil pergi ke kasir dan menjauhiku. Hei hei, hanya itu saja yang ingi kau bilang sebagai ucapan terima kasih? She maybe already say thanks, but that doesn’t enough! Malang sekali. Padahal aku malah mengharap lebih. Semakin lama bayangan cewek itu menghilang.
Please, girl, don’t go. Your boy’s already in here!
Ternyata Tuhan itu adil dan menjawab doaku. Dia kembali ke sini! Aku tidak percaya ini, but she’s coming back again! Aku ingin tersenyum melihatnya, dan di dalam pikiranku, aku akan mengajak cewek ini makan di restoran di sekitar sini. Tapi di sisi lain, perasaanku mulai tidak enak. Jangan-jangan..
“hey again,” ujarnya tersenyum. She smile, but in a evil way. Uh oh. This is a dangerous.
“yeah, what?”
PLAK!
“THIS is for sneaking and playing at me! Good bye!”
Pipiku terasa semakin panas. Ouch.

Spencer’s POV
Aneh sekali. I never seen Brendon in this awkward, even he’s already awkward. Maksudku, dia tidak pernah setegang ini dalam menghadapi kaum hawa! Aku sangat penasaran, seperti apa cewek yang dapat membuat Brendon menjadi semakin kelihatan freaky.
Aku mengikuti Brendon ke Toys ‘R’ Us, hingga dia berhenti di depan pintu masuk seperti patung. He almost die because of a little girl! Tidak terlalu kecil, mungkin lebih muda tiga tahun dari kami. Dia memakai topi putih, T-shirt putih, vest biru, jeans hitam, dan krem flat shoes. Actually, she’s very cute, but not really my tipe, afterall.
Namun, aku harus membantu si bocah sialan yang memintaku dengan matanya yang terlalu cantik. Walaupun harus mengerahkan gengsi dan identitasku sebagai drummer Panic!, aku dengan terpaksa membantunya. Kasihan dirinya, pasalnya tiga bulan yang lalu dia dicampakkan oleh Sarah Orzechowski. That bitch. Ia hanya memanfaatkan Brendon dan sering flirting dengan cowok lain. Hasilnya, Brendon hampir tidak keluar kamar, kecuali saat manggung.
Saat aku bersembunyi di rak bersama Brendon, aku melihat wanita yang berjalan. Her hips, her boobs, and her boost, perfect! Sebaiknya aku harus menemuinya. Hei, aku kan juga mau memiliki pasangan, bukan hanya Brendon saja, bukan? About his own problem, doesn’t care anymore. Biarkan dia berkembang sendiri.
Aku mengejar perempuan itu sambil setengah berlari. Ketika aku akan menyentuh pundaknya, rupanya dia telah menghadapku terlebih dahulu. Perfect! Sekarang giliranku untuk meluncurkan misil.
“excuse me,”
“yeah, what can I help for you?” ujarnya. God, she works here! And, she can speak English.
Aku mencoba memutar otakku. “um, I want to buy a present for my little brother, who turns to nine. Could you tell me what’s the best cool gifts?”
“sure, let me give you some recommends,” balasnya dengan ramah.
Aku mengikutinya dari belakang. Her body is truthly a symphony, and I will conduct it one night. Tubuhnya sungguh sempurna, hampir aku tidak dapat berkata apapun!
Dia berusaha mengambil salah satu action figure yang berada di rak tinggi, sehingga wanita itu menggunakan tangga untuk meraihnya. Namun, dia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh dari tangga tersebut. Dengan spontan aku langsung menolongnya. Aku menampung tanganku agar dapat menangkapnya. Dan rupanya berhasil!
Mukanya tersipu malu saat dia tahu dia berada di pangkuan tanganku. That woman really needs a date. Aku menurunkannya, dan dia cepat-cepat membereskan dirinya.
“I’m sorry, I’m really sorry,” ucapnya sambil membungkuk minta maaf.
“that’s okay. I’m fine, but are you all right?”
“yes,” singkatnya. “do you want this toy as your little brother’s toy?”
“hei hei hei, you were almost got fallen from the stairs, and you still want to continue your job? How about we take some time, in café perhaps?” tanyaku. I was never shy on flirting.
“but I can’t just leave my job here,”
“pretty please?” ucapku memohon.
Dia berpikir untuk sejenak. I hope she wouldn’t say no.
“okay,” jawabnya, “where are we going?”
“Starbucks, perhaps?”
“doesn’t matter for me,”
Aku mengajaknya berjalan ke café Starbucks dan berbincang sebentar di sana. This girl is too easy going. Okay, not a girl, but young woman. Kami berbincang selama kurang lebih tiga puluh menit, dan aku banyak sekali mendapatkan informasi tentangnya tanpa harus aku khawatir dengan identitasku yang sebenarnya.
Namanya Melisa. A hot name, for me. Rupanya dia bekerja paruh waktu di Toys ‘R’ Us dan tinggalnya tidak terlalu jauh dari sini. Bagus. Aku dapat mengajaknya kapan saja. Tinggal selangkah untuk mendapatkan nomornya..
Ponselku bergetar di kantong celanaku. Aku mengambilnya dan melihat tulisan di layar tersebut. Brendon. What the hell is happening with this kid? Apa dia tidak tahu kalau aku juga telah mempunyai kesibukan tersendiri?
“Yeah, Brendon, what’s up?” jawabku malas. Pengganggu.
“Thank Jesus for answer it. I really need your help!”
“whoa whoa. Chill out dude, what happened?”. Sepertinya dia panik.
“do you have an experience in making some crime?”
“WHAT? Why the fucking hell do you ask that?” teriakku. Untuk apa dia bertanya seperti itu? Untung saja suaraku hampir tidak ketahuan oleh Melisa.
“I want you to do some favor. Would you..”
“hold on,” potongku, “how much will you pay? You already disturbing my time,”
“what? Oh come on, Spence, we’re friends..”
“and you almost crack it,” potongku kembali. “so, reward?”. Evil laugh is mine now.
“okay, fine,” sesal Brendon. “fifty box?”
“seventy five, and that’s final.”
“okay okay allright! Seventy five dollars. Geez,”
“and..” sambungku. I love to sneaking this kid when he get serious.
“what again? Please, Spencer, I beg on you!”
Aku tertawa. “no, kid, I’m just kidding. Wait me in the car for ten minutes.”
“I’m waiting.”
Dia menutup teleponnya. I love the way this child got stressed. Sebaiknya aku harus pamit ke Melisa. Hampir saja terlupa.
“sorry, melisa, I’ve gotta go, my friends are waiting me,” ujarku dengan suara melemah. And the result, she felt sorry for me. How cute.
“oh, that’s okay flick,” jawabnya. Yes, I’m using my spy name.
“can we changed our number? So I could call you in case I need some advice again for choose the best gifts,”
Dia tertawa. “yeah, sure,”
Setelah bertukar nomor, aku mengucapkan maaf dan langsung mengecup pipi kanannya. Tampaknya dia sangat malu. Buktinya, wajahnya langsung memerah seperti ruby. Love it.
Aku langsung pergi menuju lapangan parkir untuk menemui Brendon yang sedang frustasi tanpa alasan ini. I wonder what favor will he ask me.

No comments:

Post a Comment