P.S. : another post, coming soon! sorry guys, i have no mood for saying anything chatty, a little bit of madness and galau. please be understandable.
xoxo,
Keri’s POV
Aneh. Ada
yang memperhatikanku. Aku sedang melihat-lihat hadiah yang cocok untuk Brendon,
dan tiba-tiba ada yang melihatku dengan kaku. Aku memutar leherku untuk mencari
siapa yang sedari tadi melihatku, rupanya dia adalah seseorang yang sangat
aneh. Lihat pakaiannya. Celana dan T-Shirt yang terlalu ‘jatuh’, kacamatanya
yang lebih mirip dengan kacamata guruku sewaktu SMP, dan rambutnya yang cokelat
tua yang acak-acakan.
Aku rasa
dia adalah bapak-bapak berumur dua puluhan yang pura-pura menjadi anak sepuluh
tahun lebih muda dari dirinya. Lebih baik aku cuekin saja, daripada mencari
masalah nantinya, atau aku yang tidak sengaja terlibat dalam suatu masalah.
Tetapi,
lama-kelamaan aku risih juga. Pada saat aku sedang serius mencari hadiah, dia
selalu menguntitku. Dia memperhatikanku seperti aku ini ialah buronan! Namun
pada saat berbalik, dia malah bertindak lebih kekanakan dan lebih aneh lagi.
Bersembunyi
di antara tumpukan boneka teddy bear yang jumbo-jumbo, pura-pura bermain pistol
air bersama temannya yang tidak kalah aneh dan quirky-nya, pura-pura merayu
kakak SPG, bahkan memperhatikan maracas mainan dengan terlalu serius! Aku yakin
orang ini tidak lulus tes menyamar.
Oke, Keri.
Fokus. Sekarang cari kadonya, bawa kadonya ke kasir, bayar, langsung keluar
dari mall ini, cari taksi, dan pulang ke hotel. Sambil mendengarkan lagu “Mad
As Rabbits” di dalam iPodku, aku menemukannya. Kado untuk Brendon Urie yang
sangat sempurna.
Guitar Hero
edisi terbaru! Ya, Brendon Boyd Urie adalah Guitar Hero freak! Lagi pula, di
sini terdapat New Perspective-nya Panic!. Pas sekali. Dan beruntungnya lagi,
tinggal tersisa satu di toko ini! How lucky I am.
Dengan mantap,
kuraih tanganku ke atas rak video game, karena letaknya lumayan tinggi.
Tiba-tiba, sesosok tangan yang besar mengambil alih kesempatanku mendapatkan
kaset itu, dan lebih kelihatan seperti menyambar kaset tersebut Guitar Hero
yang limited edition ini.
Apa-apaan
ini! Aku yang mendapatkan duluan, dia langsung nyelonong dan asal main nyambar. Saat kucari siapa pemilik tangan
besar itu, rupanya dia adalah bapak-bapak dua puluhan yang childish itu! Karena
kesal telah dikuntit, diikuti, dicurigai, diganggu, dan sekarang mencuri barang
limited edition dariku, akhirnya aku angkat bicara.
“Maaf, Mas,
tapi saya yang menemukan kaset ini pertama kali,”
“Who are
you, cute little girl?”
What the..
Brendon’s POV
She is very
cute. So cute! Dengan kaus cokelatnya, celana jeans panjang, sepatu krem All
Star, dan topi rajut putih yang berada di kepalanya, made her cuter than ever!
Tapi, kenapa tiba-tiba badanku bergetar? Aku selalu tenang menghadapi cewek dan
fans. You had no idea how to face them, especially fan girls. Tetapi, kenapa
aku lebih berkesan ‘chicken’?
Sepertinya
dia sedang mencari kaset game. Dari tadi dia mengitari bagian Video Game. Dan
kurasa dia tahu aku menguntitnya. Lihat saja ekspresinya sekarang. Memasang
muka curiga, mata disipitkan, alis dikerutkan, selalu menghadap ke belakang,
membuatku sulit untuk menyamar. Damn, this girl is so cute with that attitude.
Kelihatannya
dia sekarang mengamati kaset Guitar Hero, and that girl is smiling at it. Ya
ampun! Oh my Jesus! She is beautiful! I never seen that smile before, and
that’s gorgeous. Now that white-cute girl wanna reach that CD. Rupanya dia
mempunyai tubuh yang mungil. Tampaknya dia butuh bantuan. Tangan cewek ini
tidak dapat mencapai kaset tersebut. Perfect. Kesempatan paling bagus.
Aku
mendengar teriakan kakiku untuk berlari membantunya. Well, without your shout,
I will go there for saving her like Rapunzel. Aku berlari menggunakan kecepatan
maksimal! Memang kelihatan absurd. Siapapun juga akan bilang begitu. But I hell
no care about it. Aku berusaha lari mendekati dia yang sebenarnya
membutuhkanku. Namun ada saja halangan yang terjadi. Aku harus melompati
gunungan mainan, a cart, hingga anak kecil yang badannya hampir menyerupai Zac,
bodyguard kami. The Little Zac, if you know what I mean. Sebentar lagi.. dan
akhirnya aku berada tepat di belakangnya.
Sial. I
don’t know what I have to do and to say! Apakah harus menyapanya dahulu?
Mengejutkannya lalu kabur? Atau menculiknya lalu dibawa ke hotel kami? Shit.
Aku mengacau lagi. Seharusnya aku membantunya mengambil disc Guitar Heronya!
Aku meraih video game itu dari belakang dan berencana untuk memberikannya
kepada cewek ini. Namun..
“maaf, Mas,
tapi saya yang menemukan kaset ini pertama kali,” Sial. Dia berbicara Bahasa
Indonesia. Anehnya, tiba-tiba mulutku malah mengatakan hal yang paling absurd.
“who are
you, cute little girl?” Sialan! Otak sialan!
“Maksud Mas
apa?” tanyanya bingung. Sepertinya dia malah mengira aku orang Indonesia.
“um.” Aku
membersihkan tenggorokanku. Rasanya terlalu gatal untuk digaruk.
“I mean,
I’ve got this first,” ujarku sambil menenangkan diri. Oh shit. Come on,
Brendon, kau telah menghipnotis ribuan cewek, tetapi kenapa aku sekarang malah
mudah dihipnotis oleh seorang cewek yang bahkan kamu tidak kenal? Oke. Lebih
baik aku pura-pura membelinya. Good decision.
Dia
akhirnya agak mengerti kalau aku tidak dapat berbahasa Indonesia. Cewek ini
ingin berbicara sesuatu, tetapi langsung menutup mulutnya kembali. Sepertinya
dia mulai mencerna perkataanku tadi. Lucu sekali mukanya waktu itu. Namun,
dalam hitungan detik, wajahnya mulai memerah padam. Uh oh, sepertinya ini
pertanda yang sangat tidak baik.
“pardon me,
Mister, Sir, or whatever. But you are such a freak! I just found this last
game, and you grab it easily from me? Who do you think you are!” teriaknya. Dia
marah. Kenapa kejadiannya bisa seperti ini?
“hey hey,
what’s my fault? You just get mad at me, while I don’t know who you really are,”
“wanna know
why? Why did you sneaking me out? Who are you? Who told you to do this stupid
action? I will call the police now!” sepertinya dia sangat terganggu dengan
penguntitanku.
“whoa whoa,
slow down little girl! You can’t call them now! What’s my fault?”
“DON’T CALL
ME LITTLE GIRL! And the fault is you!” dia marah, but suddenly, “Okay! Fine
then,”. Pretty awkward.
“now give
me the cassette now! I need it urgently. So hand it over,” ujarnya dengan kasar
menyuruhku. Kenapa dia membeli game Guitar Hero? Well well, aku rasa bukan ide
buruk untuk mengganggunya. It will be fun for me.
“why I have
to give this important limited edition of my most favorite game ever, to a girl
who get mad at me?”tanyaku menggodanya, namun lebih terkesan mengejek baginya.
Teasy.
Mukanya
semakin memerah pada. Yes! I made it, and I did it again!
“IT’S NONE
OF YOUR BUSINESS! Now give me that stupid cassette of game or whatever is that
name, and I mean NOW!”
“oh no you
can’t! I wanna look at this game first. Besides, I took it first,”
“you are
such a.. damn it! Hand it over!” teriaknya sambil meraih kaset yang berada di
tanganku. Oh God. Imutnya dia. Dia melompat-lompat sambil meraih tangannya
merebut kaste yang berada di tanganku! This is so cute.
“hm, let me
see here. Wow! Panic At The Disco edition! Include the song they’ve ever
covered! Baby One More Time, You’re Beautiful, Maneater, Tonight Tonight, Karma
Police, and whoa! They have C’mon too!
This is awesome! Okay, I’ll take it! ” seruku memanas-manaskan cewek ini.
Semakin
lama semangat cewek ini malah semakin besar, walaupun tenaganya hampir habis.
Buktinya sekarang dia tidak melompat-lompat lagi dan mencoba meraih tanganku
lagi. Tapi, dia mengekspresikan wajahnya yang lebih menyeramkan lagi, memintaku
agar menyerahkan kasetnya. Kelihatannya dia hampir menyerah.
“please,
sir, I need that game now! I wanna give it to someone now!”
“someone
who?” tanyaku penasaran.
“do you
have to know it?” whoa. This girl has nuts! Pintar juga bermain kata.
“yeah! of
course I need your reason to let this game come to the right hand, because you
know, this is the last one.” Jelasku sambil mengayunkan kaset yang dia
inginkan.
Dia
terdiam. HA! Finally, I win this conversation. Yah, walaupun sedikit kasihan
juga melihatnya. I think she doesn’t want to say it, because it’s very
personal. Don’t worry, babe, don’t be shy
with me.
“promise me
you won’t laugh?”
“okay. I
promise,”
“um.. it’s
for.. em..” dia seperti ragu untuk mengatakannya. Just say it, doll, and it’ll be okay.
“it’s for..
Brendon Urie.”
Shocked.
Kenapa dia memberikannya padaku? Apakah dia penggemar kami? Kenapa bisa begini
ceritanya? Aku menjadi bersalah telah sedikit menyiksanya, dan membuatnya kesal
hingga hampir menangis yang telah ditahan dengan sekuat mungkin. Please, girl, don’t cry.
“so, it
means that..”
“yeah,”
potongnya. “I’m a fan of Panic! At The Disco. Well, in this case, I admire
Brendon Urie. Do you know him?”
Melayang.
I’m floating until I don’t know which cloud that I’ve explore. Itulah yang
kurasakan sekarang. Aku tidak percaya, bahwa orang yang membuatku tertarik ini
telah menyukaiku terlebih dahulu! This is too perfect. Apakah ini telah
ditentukan sebelumnya?
Okay. You know, babe, you can have me right
away now! And you will! Apakah kamu tidak sadar siapa yang kamu tatap saat ini?
Namun, agak
beresiko juga aku membongkar rahasiaku di tempat umum, terutama anak kecil,
yang dijaga oleh beberapa remaja kecil. This place will doom if I open my
secret here!
“yeah, I
know him.” Aku hanya dapat menjawab seperti itu. What else should I answer it?
“okay,”
lanjutku, “reasonable enough. You can have it here,” ujarku sambil memberikan
game tersebut. Kenapa tenggorokanku semakin kering? I think I need some water.
“thanks,”
jawabnya sambil pergi ke kasir dan menjauhiku. Hei hei, hanya itu saja yang
ingi kau bilang sebagai ucapan terima kasih? She maybe already say thanks, but
that doesn’t enough! Malang sekali. Padahal aku malah mengharap lebih. Semakin
lama bayangan cewek itu menghilang.
Please, girl, don’t go. Your boy’s already in
here!
Ternyata
Tuhan itu adil dan menjawab doaku. Dia kembali ke sini! Aku tidak percaya ini,
but she’s coming back again! Aku ingin tersenyum melihatnya, dan di dalam
pikiranku, aku akan mengajak cewek ini makan di restoran di sekitar sini. Tapi
di sisi lain, perasaanku mulai tidak enak. Jangan-jangan..
“hey
again,” ujarnya tersenyum. She smile, but in a evil way. Uh oh. This is a
dangerous.
“yeah,
what?”
PLAK!
“THIS is
for sneaking and playing at me! Good bye!”
Pipiku
terasa semakin panas. Ouch.
Spencer’s POV
Aneh
sekali. I never seen Brendon in this awkward, even he’s already awkward.
Maksudku, dia tidak pernah setegang ini dalam menghadapi kaum hawa! Aku sangat
penasaran, seperti apa cewek yang dapat membuat Brendon menjadi semakin
kelihatan freaky.
Aku
mengikuti Brendon ke Toys ‘R’ Us, hingga dia berhenti di depan pintu masuk
seperti patung. He almost die because of a little girl! Tidak terlalu kecil,
mungkin lebih muda tiga tahun dari kami. Dia memakai topi putih, T-shirt putih,
vest biru, jeans hitam, dan krem flat shoes. Actually, she’s very cute, but not
really my tipe, afterall.
Namun, aku
harus membantu si bocah sialan yang memintaku dengan matanya yang terlalu
cantik. Walaupun harus mengerahkan gengsi dan identitasku sebagai drummer
Panic!, aku dengan terpaksa membantunya. Kasihan dirinya, pasalnya tiga bulan
yang lalu dia dicampakkan oleh Sarah Orzechowski. That bitch. Ia hanya
memanfaatkan Brendon dan sering flirting dengan cowok lain. Hasilnya, Brendon
hampir tidak keluar kamar, kecuali saat manggung.
Saat aku
bersembunyi di rak bersama Brendon, aku melihat wanita yang berjalan. Her hips,
her boobs, and her boost, perfect! Sebaiknya aku harus menemuinya. Hei, aku kan
juga mau memiliki pasangan, bukan hanya Brendon saja, bukan? About his own
problem, doesn’t care anymore. Biarkan dia berkembang sendiri.
Aku
mengejar perempuan itu sambil setengah berlari. Ketika aku akan menyentuh
pundaknya, rupanya dia telah menghadapku terlebih dahulu. Perfect! Sekarang
giliranku untuk meluncurkan misil.
“excuse
me,”
“yeah, what
can I help for you?” ujarnya. God, she works here! And, she can speak English.
Aku mencoba
memutar otakku. “um, I want to buy a present for my little brother, who turns
to nine. Could you tell me what’s the best cool gifts?”
“sure, let
me give you some recommends,” balasnya dengan ramah.
Aku
mengikutinya dari belakang. Her body is truthly a symphony, and I will conduct
it one night. Tubuhnya sungguh sempurna, hampir aku tidak dapat berkata apapun!
Dia
berusaha mengambil salah satu action figure yang berada di rak tinggi, sehingga
wanita itu menggunakan tangga untuk meraihnya. Namun, dia kehilangan
keseimbangan dan hampir terjatuh dari tangga tersebut. Dengan spontan aku
langsung menolongnya. Aku menampung tanganku agar dapat menangkapnya. Dan
rupanya berhasil!
Mukanya
tersipu malu saat dia tahu dia berada di pangkuan tanganku. That woman really needs a date. Aku
menurunkannya, dan dia cepat-cepat membereskan dirinya.
“I’m sorry,
I’m really sorry,” ucapnya sambil membungkuk minta maaf.
“that’s
okay. I’m fine, but are you all right?”
“yes,”
singkatnya. “do you want this toy as your little brother’s toy?”
“hei hei
hei, you were almost got fallen from the stairs, and you still want to continue
your job? How about we take some time, in café perhaps?” tanyaku. I was never
shy on flirting.
“but I
can’t just leave my job here,”
“pretty
please?” ucapku memohon.
Dia
berpikir untuk sejenak. I hope she wouldn’t say no.
“okay,”
jawabnya, “where are we going?”
“Starbucks,
perhaps?”
“doesn’t
matter for me,”
Aku
mengajaknya berjalan ke café Starbucks dan berbincang sebentar di sana. This
girl is too easy going. Okay, not a girl, but young woman. Kami berbincang
selama kurang lebih tiga puluh menit, dan aku banyak sekali mendapatkan
informasi tentangnya tanpa harus aku khawatir dengan identitasku yang
sebenarnya.
Namanya Melisa.
A hot name, for me. Rupanya dia bekerja paruh waktu di Toys ‘R’ Us dan
tinggalnya tidak terlalu jauh dari sini. Bagus. Aku dapat mengajaknya kapan
saja. Tinggal selangkah untuk mendapatkan nomornya..
Ponselku bergetar
di kantong celanaku. Aku mengambilnya dan melihat tulisan di layar tersebut. Brendon. What the hell is happening with
this kid? Apa dia tidak tahu kalau aku juga telah mempunyai kesibukan
tersendiri?
“Yeah, Brendon,
what’s up?” jawabku malas. Pengganggu.
“Thank
Jesus for answer it. I really need your help!”
“whoa whoa.
Chill out dude, what happened?”. Sepertinya dia panik.
“do you
have an experience in making some crime?”
“WHAT? Why the
fucking hell do you ask that?” teriakku. Untuk apa dia bertanya seperti itu? Untung
saja suaraku hampir tidak ketahuan oleh Melisa.
“I want you
to do some favor. Would you..”
“hold on,”
potongku, “how much will you pay? You already disturbing my time,”
“what? Oh come
on, Spence, we’re friends..”
“and you
almost crack it,” potongku kembali. “so, reward?”. Evil laugh is mine now.
“okay,
fine,” sesal Brendon. “fifty box?”
“seventy five,
and that’s final.”
“okay okay
allright! Seventy five dollars. Geez,”
“and..”
sambungku. I love to sneaking this kid when he get serious.
“what
again? Please, Spencer, I beg on you!”
Aku tertawa.
“no, kid, I’m just kidding. Wait me in the car for ten minutes.”
“I’m
waiting.”
Dia menutup
teleponnya. I love the way this child got stressed. Sebaiknya aku harus pamit
ke Melisa. Hampir saja terlupa.
“sorry,
melisa, I’ve gotta go, my friends are waiting me,” ujarku dengan suara melemah.
And the result, she felt sorry for me. How cute.
“oh, that’s
okay flick,” jawabnya. Yes, I’m using my spy name.
“can we
changed our number? So I could call you in case I need some advice again for
choose the best gifts,”
Dia tertawa.
“yeah, sure,”
Setelah bertukar
nomor, aku mengucapkan maaf dan langsung mengecup pipi kanannya. Tampaknya dia
sangat malu. Buktinya, wajahnya langsung memerah seperti ruby. Love it.
Aku langsung
pergi menuju lapangan parkir untuk menemui Brendon yang sedang frustasi tanpa alasan
ini. I wonder what favor will he ask me.
No comments:
Post a Comment