Monday, November 8, 2010

Kaca, 17, dan Pisau

Di suatu kamar yang besar, penuh dengan koleksi pisau lipatku, aku menatap diriku di sebuah kaca yang tidak dapat tergolong kecil. Kaca itu seolah mengejekku, tidak peduli bagaimanapun aku berdandan, dia selalu merendahkanku. Dan sekarang, dia terlihat sangat senang melihat diriku. Dress berwarna krem yang penuh darah, rambut yang seperti dihempas ombak, dan wajah yang lebih menyeramkan dibanding semua hantu yang pernah kubayangkan selama ini. "Dia tidak akan mendapatkan itu jika tidak berurusan denganku," gumamku.

~~~

3 jam yang lalu ...
Aku melihat kembali penampilanku ke pesta ulang tahun sahabatku. Dress berwarna krem yang indah, rambut yang telah ditata oleh Master Rudy, serta wajahku yang mendapat polesan kosmetik dari Paris. "Perfect," gumamku saat itu. Yah, aku harus berpenampilan begini karena sahabatku akan merayakan sweet seventeennya. Jadi tidak salah kalau aku harus mengorbankan belasan juta untuk penampilan ini.

Pacarku yang bernama Andi sedang melihat koleksiku saat aku keluar dari kamarku. "Wah, kamu memang ahli soal penampilan," ujarnya. "Terima kasih," jawabku dengan genit, "kamu juga keren kok. Yuk, kita pergi!". Dengan Lamborghininya, kami berangkat menuju sebuah hotel berbintang lima di Jakarta.

Acara itu sungguh mengesankan. Pesta yang menakjubkan, dekorasi yang sesuai, dan dipenuhi oleh kamera TV. Semuanya sangat sempurna, komentarku dalam hati. Tetapi ada sesuatu yang tidak beres di sini. Ketakutan yang mula-mula muncul, dan lama-lama menggerogoti tubuhku yang mungil. Kenapa Andi selalu berada di samping sahabatku ini? Kenapa aku ditinggalin? Dan kenapa mereka bermesraan di hadapanku?

Seusai acara, semua pun telah pulang menuju tujuannya masing-masing. Dan selama di perjalanan, kami berdua tidak mengeluarkan suara, dengan ketegangan yang menjalari kami berdua. Setelah berlangsung lama, aku pun mengangkat suara. "Kenapa kamu tinggalin aku?" gumamku. "Kenapa kalian berduaan di hadapanku? Apa hubungan kalian sebenarnya?" nadaku mulai meninggi. Tetapi Andi tetap diam.
"Tolong jawab!! Jawab pertanyaan aku!!"

"AKU TELAH MENIKAH DENGAN DIA!!" teriak Andi dengan api. "Ya, aku telah menikah dengan dia 3 bulan yang lalu. Aku menikahi dia karena aku bosan sama kamu! Aku muak dengan semua kelakuan kamu selama ini!! Sekarang sudah puas?!"

Tanpa sadar, aku menyuruhnya berhenti sambil mengeluarkan pisau dari dalam tasku. Lalu, aku keluar dari kendaraan yang pengap itu.

~~~

Keesokan harinya,
"Telah ditemukan mayat yang berada di dalam mobil Lamborghini dengan nomor polisi B 369 ZC. Korban bernama Andi Pratama, dan ia ditemukan dengan kondisi 17 tusukan di dada."





THE END

No comments:

Post a Comment